ST Francis Luck Now – Masa pubertas memberikan dampak signifikan bagi anak perempuan. Fase ini memengaruhi suasana hati dan membawa pengalaman baru yang penting dalam perkembangan mereka. Pubertas pada anak perempuan biasanya dimulai sekitar usia 11 tahun, dengan perkembangan fisik yang mencapai kematangan pada usia 14 hingga 16 tahun.
Perubahan fisik yang terjadi selama masa pubertas dapat menimbulkan berbagai tantangan, termasuk masalah citra tubuh dan harga diri. Anak perempuan sering merasa tidak percaya diri karena bau badan, jerawat, atau perubahan fisik lainnya. Selain itu, mereka juga rentan mengalami perubahan suasana hati, kecemasan, atau bahkan depresi. Pada saat yang sama, otak mereka masih dalam tahap perkembangan, khususnya korteks prefrontal yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan penilaian. Bagian otak ini belum sepenuhnya matang hingga usia pertengahan 20-an, sehingga remaja perempuan lebih mudah terpengaruh oleh emosi dan impuls.
Selama masa remaja, anak perempuan mulai belajar untuk mandiri. Mereka membentuk nilai-nilai sendiri, mencari cara membuat keputusan yang sesuai, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Proses ini sering terlihat dari pilihan mereka dalam berpakaian, musik, teman, serta hobi. Pilihan tersebut mungkin berbeda dari apa yang diharapkan oleh orang tua. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menyeimbangkan antara menetapkan batasan dan memberikan kebebasan agar anak-anak mereka dapat mencari jalan mereka sendiri.
Membiarkan anak perempuan remaja menghadapi kegagalan adalah bagian penting dari pengasuhan. Dengan menghadapi tantangan, mereka akan belajar lebih banyak tentang diri sendiri dan mengembangkan ketangguhan. Menurut pengajar di Northwestern University, Marika Lindholm, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik anak perempuan remaja.
Sikap egois sering muncul pada remaja, dan ini adalah hal yang normal. Anak-anak pada usia ini cenderung fokus pada kebutuhan dan keinginan mereka sendiri. Orang tua tidak perlu terkejut atau merasa kecewa. Penting untuk diingat bahwa sikap ini bersifat sementara.
Baca Juga : Peran Teknologi dalam Pendidikan di Indonesia
Dalam pergaulan, anak perempuan remaja mulai mengalihkan perhatian mereka dari keluarga ke kelompok teman. Orang tua perlu berhati-hati dalam menilai atau berkomentar tentang teman-teman anak mereka. Ketika anak perempuan menceritakan sesuatu tentang temannya, cobalah mendengarkan dengan tenang tanpa menghakimi. Hal ini dapat memperkuat hubungan antara orang tua dan anak, serta mendorong mereka untuk tetap terbuka.
Saat anak remaja berperilaku buruk, penting bagi orang tua untuk menegur dengan cara yang tenang dan tegas. Hindari melibatkan emosi yang berlebihan, seperti berteriak atau memperkeruh suasana. Sebagai gantinya, beri mereka waktu untuk merenung dan sampaikan konsekuensi yang jelas atas perilaku mereka. Hukuman kecil seperti mengambil ponsel selama sehari dapat menjadi pengingat bahwa setiap tindakan memiliki dampak.
Sebagai orang tua, bersikap konsisten, penuh kasih sayang, dan berwibawa sangat penting. Remaja membutuhkan orang tua sebagai kompas moral mereka. Ketika aturan dan batasan jelas diterapkan, mereka akan merasa aman meskipun terkadang melanggarnya. Hindari menjadi terlalu otoriter, tetapi tetap tegas dalam menyampaikan nilai-nilai yang ingin ditanamkan.
Belajar dari kegagalan adalah bagian penting dari proses tumbuh kembang. Ketika anak menghadapi kesulitan atau kesalahan, biarkan mereka menghadapi konsekuensinya. Dengan begitu, mereka dapat belajar untuk bangkit kembali dan menyadari bahwa kegagalan adalah bagian dari perjalanan hidup. Terlalu sering mencampuri atau melindungi anak dari kesalahan justru dapat menghambat perkembangan mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Selain itu, anak perempuan remaja perlu diajarkan untuk berpikir kritis terhadap pengaruh media. Gambar-gambar di media sosial, televisi, dan majalah sering kali memberikan gambaran yang tidak realistis tentang perempuan. Orang tua dapat membantu anak-anak mereka memahami bahwa banyak upaya, seperti pengeditan digital atau operasi plastik, dilakukan untuk menciptakan standar kecantikan tertentu. Dengan pemikiran kritis, anak-anak akan lebih percaya diri dengan diri mereka sendiri dan tidak terlalu terpengaruh oleh gambaran yang tidak nyata tersebut.
Mengakui kesalahan sendiri adalah langkah penting bagi orang tua dalam membangun hubungan yang sehat dengan anak-anak mereka. Ketika orang tua melakukan kesalahan, seperti berteriak atau bersikap tidak adil, penting untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan. Langkah ini memberikan contoh bahwa menjadi dewasa berarti bersedia bertanggung jawab atas tindakan kita, bukan menjadi sempurna.
Pengasuhan remaja perempuan memang penuh tantangan, tetapi dengan pendekatan yang penuh pengertian, kesabaran, dan cinta kasih, orang tua dapat membantu mereka tumbuh menjadi individu yang kuat dan mandiri.
Simak Juga : Mahkamah Agung AS Tegaskan Larangan TikTok demi Keamanan Nasional