ST Francis Luck Now – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti. Ia mengingatkan pentingnya peran orang tua dalam mendukung perkembangan anak, terutama di usia dini. Dalam acara peluncuran Risalah Kebijakan Transisi PAUD ke SD di Jakarta, Kamis (19/12/2024). Mu’ti menekankan bahwa orang tua harus waspada terhadap potensi kecanduan gadget pada anak-anak. Penggunaan gadget yang berlebihan, menurutnya, dapat merusak fisik, khususnya otak anak yang masih berkembang dan rentan terhadap dampak gelombang elektromagnetik.
Baca Juga : Membangun Pendidikan Unggul melalui Pelatihan di Jakarta Barat
Mu’ti juga menyatakan bahwa usia 0-5 tahun adalah periode penting untuk stimulasi kognitif dan motorik anak. Pada rentang usia ini, anak-anak membutuhkan kegiatan yang dapat mendukung perkembangan mental dan emosional mereka. Ia menjelaskan bahwa banyak penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan pengalaman belajar yang baik di PAUD. Hal ini baik di lembaga formal seperti taman kanak-kanak (TK) atau melalui PAUD non-formal, memiliki kemampuan intelektual dan ketahanan mental yang lebih baik. Serta lebih siap menghadapi jenjang pendidikan selanjutnya.
Salah satu kekhawatiran Mu’ti adalah pengaruh negatif gadget terhadap kebiasaan fisik anak. Ia menjelaskan bahwa paparan gadget yang berlebihan dapat membuat anak menjadi malas bergerak (mager) dan mengurangi aktivitas fisik. Akibatnya, kemampuan sosial anak juga dapat terhambat, karena mereka cenderung menghindari interaksi dengan teman sebaya dan tidak mengenal nilai-nilai sosial yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Mu’ti juga mengingatkan orang tua untuk memilih metode yang tepat dalam mendidik anak-anak mereka, serta menggunakan media pembelajaran yang edukatif. Ia mengakui bahwa banyak orang tua yang, karena alasan praktis atau keterbatasan pengetahuan. Sering kali memberikan permainan yang kurang mendidik atau tidak sesuai dengan perkembangan anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selektif dalam memilih alat atau aplikasi yang digunakan oleh anak-anak. Agar dapat merangsang perkembangan intelektual dan motorik mereka secara positif.
Selain itu, Mu’ti menekankan pentingnya dukungan orang tua dalam mendukung pendidikan anak, baik di rumah maupun di sekolah. Meskipun program wajib belajar 13 tahun dimulai sejak jenjang PAUD atau TK, peran orang tua tetap sangat vital. Pendidikan, menurut Mu’ti, sebenarnya dimulai dari keluarga, di mana peran ibu sangat besar dalam memberikan pendidikan pertama bagi anak-anak. Ia menyebutkan bahwa keluarga merupakan fondasi utama dalam membentuk karakter anak, termasuk dalam menumbuhkan optimisme, keceriaan, dan mental yang sehat.
Pendidikan yang baik dalam keluarga, menurut Mu’ti, akan menghasilkan anak yang optimis dan ceria, yang siap tumbuh dengan baik secara fisik dan mental. Oleh karena itu, orang tua diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak. Melalui parenting yang tepat, Mu’ti yakin bahwa kekerasan terhadap anak yang sering terjadi di masyarakat dapat diminimalisir. Ia mengingatkan bahwa tidak jarang pelaku kekerasan terhadap anak adalah orang-orang yang seharusnya mengasuh dan melindungi mereka, seperti orang tua atau anggota keluarga lainnya.
Mu’ti juga menekankan bahwa masalah parenting adalah isu yang memerlukan perhatian serius. Dalam beberapa kasus, kekerasan terhadap anak yang dilaporkan di media sering kali melibatkan orang-orang yang seharusnya memberikan kasih sayang dan perlindungan, seperti orang tua. Oleh karena itu, pendidikan dan pembinaan orang tua dalam hal pengasuhan anak harus menjadi perhatian bersama. Pemerintah berharap agar keluarga menjadi lingkungan yang aman dan mendukung perkembangan anak secara optimal, serta bebas dari kekerasan dan perlakuan buruk lainnya.
Dengan pendekatan pendidikan yang komprehensif, yang melibatkan sekolah dan keluarga, Mu’ti berharap anak-anak Indonesia dapat tumbuh dengan baik, memiliki daya saing yang tinggi, dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Orang tua memiliki peran penting dalam mewujudkan hal ini, baik melalui pengasuhan yang penuh perhatian maupun dalam mendukung proses pendidikan anak-anak mereka di berbagai jenjang.