ST Francis Luck Now – Mendidik dan merawat anak agar terhindar dari Mental strawberry adalah tugas besar yang diemban orangtua sepanjang hayat. Kasih sayang yang diberikan kepada anak tidak mengenal batas, bahkan setelah anak tumbuh dewasa dan memiliki keluarga sendiri. Orangtua terus berupaya memahami dan memberikan yang terbaik bagi anak mereka. Tidak ada masa berhenti untuk belajar menjadi orangtua. Setiap hari adalah kesempatan untuk belajar memahami kebutuhan dan karakter anak, bahkan ketika anak bukan lagi seorang bocah.
Ketika pasangan baru memiliki anak pertama, perhatian dari orangtua maupun kakek-nenek biasanya sangat besar. Mereka ingin memastikan bahwa kebutuhan anak terpenuhi dengan sempurna. Kasih sayang, perhatian, dan cinta diberikan tanpa batas. Dalam keluarga yang memiliki kondisi ekonomi stabil, orangtua sering kali berusaha memenuhi setiap keinginan anak, bahkan dalam keadaan mendesak. Tak jarang, rengekan atau tangisan anak membuat orangtua merasa tidak tega untuk menolak permintaan tersebut. Demi kebahagiaan anak, banyak orangtua yang rela mengesampingkan kebutuhan diri mereka sendiri.
Namun, pola asuh semacam ini dapat membawa dampak yang tidak diinginkan. Ketika anak selalu dituruti keinginannya dan tidak pernah diberikan batasan, mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang dikenal dengan istilah “strawberry generation.” Generasi ini memiliki karakteristik yang mirip dengan buah stroberi: menarik dan terlihat sempurna dari luar, tetapi mudah rusak saat menghadapi tekanan. Istilah ini, menurut Dosen Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali, menggambarkan generasi muda yang sangat sensitif terhadap kritik, tidak tahan terhadap kegagalan, dan memiliki kesulitan untuk beradaptasi dalam lingkungan yang menantang.
Baca Juga : SDPPI Tingkatkan Kompetensi Pegawai Melalui Pelatihan Kecerdasan Buatan (AI)
Generasi strawberry cenderung sulit menerima masukan atau pandangan yang berbeda. Mereka merasa pendapat mereka selalu benar dan sulit menerima kekalahan. Akibatnya, mereka mudah merasa putus asa dan rentan terhadap stres ketika menghadapi masalah. Selain itu, mereka sering kali kesulitan untuk mandiri karena terlalu bergantung pada orangtua. Pola asuh yang berlebihan dalam melindungi anak dari segala risiko dan kesalahan membuat anak tidak siap menghadapi realitas kehidupan yang penuh tantangan.
Meski begitu, generasi strawberry juga memiliki kelebihan. Mereka dikenal kreatif dan memiliki banyak ide inovatif. Namun, tanpa mental yang kuat, kelebihan ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengubah pola asuh agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang berani, mandiri, dan mampu mengendalikan emosi dalam situasi apa pun.
Salah satu cara untuk mencegah anak memiliki mental strawberry adalah dengan memberikan kepercayaan kepada mereka. Kepercayaan ini akan membantu anak merasa dihargai dan mendorong keberanian mereka. Contohnya, orangtua dapat melibatkan anak dalam memecahkan masalah sederhana, seperti mencari mainan yang hilang atau membereskan mainan sendiri. Dengan begitu, anak belajar untuk menyelesaikan masalah tanpa selalu mengandalkan orangtua.
Selain itu, penting bagi orangtua untuk menetapkan batasan yang jelas. Anak perlu memahami bahwa tidak semua keinginan mereka dapat terpenuhi. Orangtua dapat berdiskusi dengan anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta memberikan penjelasan jika ada permintaan yang tidak dapat dipenuhi. Ini akan membantu anak memahami bahwa hidup memiliki aturan dan batasan.
Ketika anak melakukan kesalahan, orangtua tidak perlu ragu untuk memberikan teguran atau hukuman yang mendidik. Teguran ini bertujuan untuk meluruskan perilaku yang salah agar tidak terulang di masa depan. Namun, hukuman harus diberikan dengan cara yang bijaksana dan tidak melukai perasaan anak. Sebaliknya, apresiasi juga penting diberikan ketika anak mencapai sesuatu, baik dalam bentuk ucapan positif, pelukan, maupun pujian. Hal ini akan membuat anak merasa dihargai dan termotivasi untuk terus berbuat baik.
Dalam proses mendidik anak, tanamkan nilai-nilai positif dan berikan kalimat yang membangun. Kata-kata yang menguatkan dan memberikan semangat akan membantu anak menjadi pribadi yang percaya diri dan optimis. Orangtua juga perlu memberikan contoh dalam menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah, karena anak belajar banyak dari apa yang mereka lihat.
Dengan pola asuh yang seimbang, anak dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri, tangguh, dan siap menghadapi dinamika kehidupan. Orangtua tidak perlu khawatir secara berlebihan, tetapi tetap perlu memberikan arahan yang tepat agar anak tidak menjadi bagian dari generasi strawberry yang rapuh. Sebaliknya, mereka dapat menjadi generasi yang kuat, kreatif, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.