ST Francis Luck Now – Pola asuh “lazy parenting” kini semakin menjadi topik pembicaraan di kalangan orangtua. Meskipun sering terdengar kontroversial, pendekatan ini menawarkan sejumlah manfaat positif yang patut dipertimbangkan. Pada dasarnya, “lazy parenting” adalah pola asuh di mana orangtua membiarkan anak melakukan banyak aktivitasnya sendiri tanpa intervensi yang berlebihan. Menurut Psikolog Anak dan Keluarga, Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd, pola asuh ini dapat membantu anak untuk belajar mandiri sejak dini. Dengan membiarkan anak mengatasi masalah dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari, mereka akan belajar untuk menghadapi konsekuensi dari tindakan yang mereka pilih.
Salah satu manfaat utama dari “lazy parenting” adalah kemampuan anak untuk mengembangkan kemandirian. Dengan diberi kesempatan untuk menjalani aktivitas mereka tanpa campur tangan orangtua, anak akan terbiasa mengatur dirinya sendiri. Mereka belajar bahwa setiap keputusan yang diambil akan berimbas pada hasil yang diterima. Misalnya, jika anak memilih untuk tidak mengerjakan tugas sekolah tepat waktu, mereka akan merasakan konsekuensi seperti tidak mendapatkan nilai yang baik. Proses ini penting untuk membentuk pemahaman tentang tanggung jawab dan konsekuensi. Pada gilirannya, ini akan membantu anak menjadi lebih mandiri dalam menghadapi tantangan hidup mereka.
Baca Juga : Program Rakyat Digital: Meningkatkan Literasi Digital Rakyat
Selain itu, pola asuh ini tidak hanya dapat diterapkan pada anak-anak pada umumnya, tetapi juga pada anak berkebutuhan khusus (ABK). Rosdiana menekankan bahwa penerapan “lazy parenting” pada ABK perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing anak. Orangtua tetap perlu memberikan panduan dan dukungan, tetapi mereka juga harus memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil inisiatif dalam menjalankan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya. Dengan cara ini, anak-anak, termasuk ABK, akan lebih mudah mengembangkan kemandirian dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.
“Lazy parenting” juga berperan dalam mengembangkan keterampilan eksekutif anak. Keterampilan eksekutif adalah kemampuan anak untuk mengatur dirinya sendiri. Yang meliputi berbagai aspek seperti pengorganisasian, manajemen waktu, perencanaan, berpikir fleksibel, dan pengaturan emosi. Semua keterampilan ini sangat penting untuk keberhasilan anak di masa depan, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membiarkan anak menangani tugas-tugas mereka sendiri, orangtua memberikan kesempatan bagi anak untuk mengasah keterampilan ini. Misalnya, ketika anak diberi tanggung jawab untuk mengatur jadwal belajar mereka sendiri, mereka belajar bagaimana memprioritaskan tugas, mengelola waktu, dan tetap tenang di bawah tekanan.
Menurut pelatih dan konsultan akademis Scott Lutostanski, orangtua sebaiknya memberikan tugas yang terstruktur agar anak dapat belajar bertanggung jawab. Tugas-tugas ini sebaiknya disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak, namun tetap memberikan tantangan yang cukup agar anak merasa termotivasi untuk melaksanakan tugas tersebut. Sebagai contoh, orangtua bisa membantu anak merencanakan waktu belajar dengan cara yang sederhana namun efektif, seperti menyusun jadwal harian yang jelas dan mengingatkan anak tentang tenggat waktu tugas. Namun, yang terpenting adalah membiarkan anak mengambil langkah-langkah awal dalam menyelesaikan tugas mereka sendiri, tanpa orangtua yang terlalu banyak mencampuri.
Penerapan “lazy parenting” memang memerlukan kesabaran dan konsistensi dari orangtua. Orangtua perlu memastikan bahwa anak diberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman mereka sendiri, sambil tetap memberikan dukungan yang cukup saat dibutuhkan. Meskipun terdengar mudah, pendekatan ini membutuhkan waktu dan pengamatan yang cermat terhadap perkembangan anak. Setiap anak memiliki ritme belajar yang berbeda, dan orangtua harus peka terhadap hal ini agar pola asuh ini dapat diterapkan dengan efektif. Dengan cara ini, anak-anak tidak hanya belajar kemandirian, tetapi juga keterampilan yang akan berguna sepanjang hidup mereka.
Simak Juga : Pasar Tenaga Kerja AS 2024: Perekrutan Lesu dan PHK Meningkat