St Francis Luck Now – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, dan Perbukuan, Totok Suprayitno. Ia menegaskan bahwa teknologi pendidikan jarak jauh (PJJ) akan diterapkan secara permanen meskipun pandemi Covid-19 sudah berakhir. Menurutnya, pandemi telah mempercepat adopsi teknologi dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, penggunaan teknologi dalam pembelajaran tidak hanya akan berhenti begitu pandemi selesai. Tetapi akan tetap diterapkan dalam jangka panjang.
Totok menjelaskan bahwa laporan dari UNESCO menunjukkan bahwa teknologi mampu mempercepat proses pembelajaran. Hal ini membuka peluang bagi pendidikan untuk berkembang lebih fleksibel, meskipun pembelajaran tatap muka sudah kembali dilaksanakan. Dengan adopsi teknologi yang semakin cepat. Kemendikbud berkomitmen untuk memastikan bahwa teknologi pendidikan jarak jauh menjadi bagian permanen dari sistem pendidikan Indonesia. Totok juga menekankan bahwa teknologi dalam pendidikan tidak hanya harus digunakan saat ada situasi darurat seperti pandemi. Tetapi harus menjadi bagian integral dari budaya belajar yang lebih luas.
Kemendikbud mendorong para pengajar untuk tidak hanya fokus pada pencapaian kurikulum, tetapi juga untuk memperdalam pemahaman dan keterlibatan dengan siswa. Dalam pembelajaran yang lebih bermakna, pengajar diharapkan untuk lebih memperhatikan kebutuhan dan perkembangan siswa, bukan sekadar mengejar target materi ajar. Untuk itu, pada awal tahun ajaran baru, pengajar diminta untuk melakukan asesmen terhadap kemampuan siswa. Tujuan dari asesmen ini adalah untuk memahami sejauh mana siswa telah menguasai materi selama periode pendidikan jarak jauh dan memastikan bahwa proses pembelajaran dapat dilanjutkan dengan efektif.
Baca Juga : Kerja Sama Kemenkes dan JICA dalam Pelatihan Makanan Bergizi di Sekolah
Sementara itu, Direktur Jenderal pengajar dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Iwan Syahril, menambahkan bahwa meskipun pembelajaran jarak jauh tetap digunakan, penerapannya tidak akan sama seperti selama pandemi. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran hibrid, yakni gabungan antara pembelajaran daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan atau tatap muka). Iwan menjelaskan bahwa dalam model ini, proporsi pembelajaran daring hanya sekitar 10 persen, sementara 90 persen sisanya dilakukan secara tatap muka. Prosentase ini dapat bervariasi, tergantung pada kondisi dan kebijakan yang diterapkan oleh masing-masing pengajar dan sekolah.
Iwan juga menekankan bahwa penggunaan teknologi dalam pembelajaran hibrid tetap akan mempertahankan elemen-elemen pendidikan jarak jauh. Namun, pembelajaran tatap muka akan lebih dominan. Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat tercipta keseimbangan antara penggunaan teknologi untuk memfasilitasi pembelajaran dan interaksi langsung antara pengajar dan siswa yang tidak bisa digantikan sepenuhnya oleh teknologi.
Model pembelajaran hibrid ini memberikan fleksibilitas bagi pengajar untuk memilih metode yang paling sesuai dengan situasi dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, penerapan teknologi dalam pendidikan tidak hanya sebatas pada alat bantu, tetapi juga sebagai bagian dari strategi pembelajaran yang lebih luas dan adaptif. Ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengakses materi pelajaran dengan cara yang lebih variatif dan relevan dengan perkembangan zaman.
Dengan langkah ini, Kemendikbud berharap bahwa teknologi pendidikan jarak jauh dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan darurat selama pandemi, tetapi juga sebagai bagian dari upaya jangka panjang untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan terbuka. Teknologi pendidikan diharapkan mampu membantu siswa belajar lebih mandiri, serta memberi kesempatan yang lebih besar bagi mereka untuk belajar kapan saja dan di mana saja, sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan mereka.
Secara keseluruhan, meskipun pandemi Covid-19 sudah berakhir, Kemendikbud berkomitmen untuk terus mengembangkan dan memanfaatkan teknologi dalam pendidikan untuk menciptakan sistem pembelajaran yang lebih efektif, fleksibel, dan merata di seluruh Indonesia.