ST Francis Luck Now – Dongeng telah menjadi bagian dari kehidupan banyak anak sejak usia dini. Kisah-kisah seperti Sinterklas yang membawa hadiah atau Pinokio dengan hidungnya yang memanjang saat berbohong adalah beberapa contoh yang populer. Setiap negara memiliki tradisi dan budaya sendiri dalam menceritakan dongeng. Meski begitu, tujuan utama dongeng tetap sama, yaitu memberikan hiburan sekaligus nilai-nilai penting bagi anak-anak. Menurut para pakar, dongeng memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan anak, terutama dalam memelihara imajinasi dan mengajarkan nilai-nilai kehidupan.
Lisa Liggins-Chambers, seorang psikolog dari Amerika Serikat, menyatakan bahwa dongeng adalah alat yang efektif dalam mendidik anak. Orang tua sering menggunakan cerita untuk menyampaikan nilai-nilai moral atau menciptakan kenangan indah bagi anak-anak mereka. Meskipun sifatnya fiktif, dongeng dapat membantu anak-anak memahami konsep empati, ketahanan, dan cara memecahkan masalah. Selain itu, cerita-cerita ini juga memberikan kegembiraan, rasa takjub, dan mengembangkan kreativitas anak.
Pakar menjelaskan bahwa meski dongeng tidak nyata, orang tua tidak perlu khawatir. Anak-anak biasanya mulai memahami perbedaan antara fantasi dan kenyataan saat mereka mencapai usia lima hingga tujuh tahun. Dalam fase ini, anak-anak mulai mempertanyakan realitas cerita yang mereka dengar dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak umumnya dapat bertransisi dari percaya pada dogeng ke memahami kenyataan dengan cara yang sehat dan penuh rasa penasaran.
Baca Juga : Tahapan dan Ketentuan SNBP 2025: Status Siswa Eligible dan Peluang Kelulusan
Selain memupuk imajinasi, dongeng juga memiliki manfaat besar bagi kesehatan mental anak. Cerita yang mengandung unsur magis dan pelajaran moral dapat membantu anak mengembangkan kreativitas, ketahanan emosional, dan kemampuan berpikir kritis. Dengan belajar membedakan antara fantasi dan kenyataan, anak-anak dapat meningkatkan kemampuan beradaptasi serta membangun ketahanan diri. Namun, cara penyampaian cerita oleh orang tua sangat menentukan dampak positif tersebut. Orang tua perlu mendukung pemahaman emosional anak dan memastikan bahwa pengalaman mereka tetap menyenangkan.
Untuk membantu anak memahami perbedaan antara fantasi dan kenyataan, orang tua dapat menggunakan beberapa pendekatan. Salah satunya adalah membangun imajinasi anak sambil memberikan penjelasan sederhana tentang realitas. Misalnya, saat menceritakan, orang tua dapat menambahkan konteks yang relevan dengan kehidupan nyata. Anak-anak perlu diberi pengertian bahwa imajinasi dalam dongeng adalah bagian yang menyenangkan tetapi tidak harus dianggap sebagai kebenaran.
Pendekatan lain adalah mengajarkan pemikiran kritis secara perlahan. Orang tua dapat melibatkan anak dalam diskusi tentang logika di balik cerita dongeng. Contohnya, mereka dapat bertanya, “Menurutmu, bagaimana Sinterklas bisa terbang dengan kereta yang ditarik rusa kutub? Apakah hal ini mungkin terjadi di dunia nyata?” Diskusi semacam ini membantu anak melatih kemampuan berpikir kritis tanpa mengurangi kesenangan mereka dalam menikmati cerita.
Orang tua juga perlu mendorong percakapan terbuka dengan anak. Ketika anak mulai mempertanyakan dongeng yang mereka dengar, penting untuk mendengarkan dan menghargai rasa ingin tahu mereka. Memberikan penjelasan yang sesuai dengan usia anak akan membantu mereka memahami perbedaan antara fantasi dan kenyataan dengan cara yang positif. Pendekatan ini akan membuat anak merasa didukung dalam proses mereka mengeksplorasi cerita.
Selain itu, penting untuk menyeimbangkan cerita dongeng dengan kisah-kisah yang berbasis realitas. Ketika anak mulai memahami bahwa dongeng bersifat fiktif, orang tua dapat memperkenalkan mereka pada cerita tentang tokoh atau peristiwa nyata. Hal ini membantu menciptakan pemahaman yang lebih menyeluruh tanpa mengurangi apresiasi mereka terhadap imajinasi.
Bermain peran juga merupakan cara efektif untuk membantu anak memahami perbedaan antara fantasi dan kenyataan. Dengan memainkan karakter dari dongeng favorit mereka, orang tua dapat menyisipkan elemen-elemen dunia nyata ke dalam permainan. Hal ini memberikan pengalaman yang menyenangkan sekaligus edukatif bagi anak.
Terakhir, penting untuk menggunakan bahasa yang sesuai dengan usia anak saat menjelaskan perbedaan antara dongeng dan kenyataan. Anak-anak yang lebih kecil mungkin membutuhkan istilah sederhana, sementara anak yang lebih besar dapat diajak berdiskusi lebih mendalam tentang simbolisme dalam cerita. Dengan cara ini, anak-anak dapat terus menikmati dongeng sambil mengembangkan pemahaman yang sehat tentang dunia di sekitar mereka.
Dongeng bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana penting dalam mendidik dan mendukung perkembangan anak. Dengan pendekatan yang tepat, orang tua dapat memastikan bahwa anak-anak mendapatkan manfaat maksimal dari cerita-cerita ini, baik dalam membangun imajinasi maupun memahami nilai-nilai kehidupan nyata.
Simak Juga : Serangan Israel di Gaza: Korban Jiwa Bertambah, Upaya Gencatan Senjata Dilanjutkan