ST Francis Luck Now – Trump kembali mengguncang dunia dengan pernyataannya yang tajam dan kontroversial. Kali ini, ia mengarahkan perhatiannya kepada Afghanistan yang kini dikuasai oleh Taliban. Dalam unggahan di platform Truth Social, mantan Presiden Amerika Serikat itu menegaskan bahwa jika Pangkalan Udara Bagram tidak dikembalikan kepada pihak AS, maka konsekuensi besar akan segera terjadi. Pangkalan yang dulunya menjadi pusat operasi militer AS selama dua dekade itu kini berada dalam kendali Taliban, dan menurut Trump, hal tersebut adalah kesalahan strategis yang harus diperbaiki. Ancaman ini muncul bersamaan dengan kunjungannya ke Inggris, di mana Trump secara terbuka menyatakan keinginannya untuk mengambil kembali kendali atas fasilitas strategis itu. Tekanan yang dilontarkan Trump ini menimbulkan pertanyaan besar di kancah politik internasional mengenai niat sebenarnya dari tokoh kontroversial ini.
Pangkalan Udara Bagram memiliki peran sentral dalam strategi militer AS selama invasi ke Afghanistan pasca serangan 11 September. Trump menilai kehilangan pangkalan tersebut sebagai bentuk kelalaian pemerintahan sebelumnya. Dalam konferensi pers bersama PM Inggris Keir Starmer, Trump menyatakan bahwa pihak Afghanistan tengah membutuhkan sesuatu dari AS dan hal itu bisa menjadi titik tekan diplomasi. Trump menambahkan bahwa segala kemungkinan masih terbuka termasuk langkah militer, meskipun ia enggan menguraikan lebih jauh. Sorotan diarahkan pada latar belakang geopolitik kawasan, terutama karena Bagram memiliki letak strategis yang dekat dengan China. Dalam narasinya, Trump menyuarakan kekhawatiran mengenai pengaruh Tiongkok yang semakin menguat di wilayah tersebut, dan ia menekankan bahwa kepentingan nasional AS harus dikembalikan dengan cara apapun.
“Baca juga: Maresca Bongkar Penyebab Kekalahan Chelsea: “Kartu Merah Sanchez Bikin Kacau!””
Ancaman dari Trump ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak di panggung internasional. Pengamat politik menilai pernyataan tersebut bisa memicu ketegangan baru di kawasan Asia Tengah. Sebagian pihak di dalam negeri menilai ini sebagai strategi Trump untuk menaikkan dukungan politik jelang pemilu. Pihak lain justru khawatir ucapan Trump dapat memperburuk hubungan diplomatik Amerika dengan negara-negara lain. Kelompok HAM menyoroti sejarah kelam Pangkalan Bagram terkait pelanggaran hak asasi manusia yang pernah terjadi. Amnesty International dan Human Rights Watch pernah melaporkan kasus pelanggaran HAM di fasilitas militer tersebut. Belum ada tindakan nyata yang diumumkan secara resmi oleh Trump atau pemerintah Amerika Serikat. Dunia kini menanti apakah ancaman Trump hanya retorika politik atau akan diwujudkan dalam bentuk aksi nyata.
“Simak juga: Cek Bansos KTP Sekarang! Dana Rp600.000 Cair September 2025, Nama Kamu Mungkin Masuk!”
Trump juga mengangkat isu pengaruh China di Afghanistan sebagai salah satu alasan utama mengapa AS harus kembali mengendalikan Bagram. Dalam berbagai pernyataannya, ia menyebut bahwa pangkalan tersebut berada sangat dekat dengan perbatasan Tiongkok dan dapat dimanfaatkan untuk pengawasan serta perlindungan terhadap kepentingan strategis AS. China sendiri telah memperluas investasinya di Afghanistan, terutama dalam bidang infrastruktur dan pertambangan. Trump memandang hal ini sebagai ancaman serius dan menyalahkan pemerintahan Biden atas penarikan pasukan yang dinilai gegabah. Ia berulang kali menyuarakan bahwa Amerika telah kehilangan pijakan penting di kawasan tersebut dan mendesak agar kesalahan itu segera diperbaiki. Di tengah dinamika geopolitik global, Trump menempatkan Bagram sebagai simbol dari dominasi militer dan pengaruh Amerika yang harus dikembalikan demi kestabilan dan kekuatan nasional.
Di tengah semua pernyataan tersebut, pemerintah Taliban masih belum memberikan tanggapan resmi terhadap ancaman yang dilontarkan. Namun yang jelas, kehadiran militer Amerika Serikat di wilayah tersebut telah berakhir sejak penarikan pasukan tahun 2021 yang penuh gejolak. Kini, Afghanistan kembali menjadi titik panas dalam peta konflik global, terutama jika ancaman tersebut diwujudkan dalam bentuk tindakan militer. Para analis memperingatkan bahwa langkah semacam itu bisa memicu eskalasi baru yang berbahaya bagi kawasan. Saat ditanya mengenai kemungkinan pengerahan pasukan kembali ke Afghanistan, perwakilan Amerika enggan memberikan jawaban terperinci. Mereka hanya menegaskan bahwa pembicaraan diplomatik dengan otoritas Afghanistan masih berlangsung. Jika tuntutan dari Washington tidak dipenuhi, maka dunia akan menyaksikan konsekuensinya. Segala perhatian kini tertuju pada Washington dan Kabul, menanti apakah babak baru ketegangan akan kembali terulang.
Artikel ini bersumber dari international.sindonews.com dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di stfrancislucknow
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa