ST Francis Luck Now – KPM terapkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam Sistem Pengesanan Murid (SiPKPM) untuk menangani keciciran murid secara lebih efektif. Sistem ini bertujuan untuk mendeteksi lebih awal murid yang berisiko terpinggir dari sistem pendidikan. Dengan bantuan teknologi AI, pihak sekolah dapat mengenal pasti murid yang membutuhkan perhatian segera. Ini memungkinkan Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM) untuk melaksanakan intervensi lebih cepat, agar anak-anak tersebut tidak terlepas dari pendidikan yang berkualitas.
Melalui penerapan AI, KPM berharap dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Malaysia dengan memastikan setiap murid mendapatkan kesempatan yang setara untuk belajar. Keberhasilan sistem pengesanan yang diperkukuhkan ini diharapkan akan mendorong penurunan angka keciciran, meningkatkan kehadiran, dan memberi akses yang lebih luas kepada pendidikan bagi semua lapisan masyarakat. Teknologi ini memungkinkan KPM untuk lebih proaktif dan bertindak di tahap yang lebih awal dalam menangani isu-isu pendidikan.
Timbalan Menteri Pendidikan, Wong Kah Woh, menjelaskan bahwa penguatan SiPKPM dengan teknologi AI akan membantu mendeteksi lebih dini murid yang berisiko. Teknologi ini memungkinkan pihak sekolah melakukan intervensi yang lebih tepat waktu, mengidentifikasi murid yang terancam tidak melanjutkan pendidikan mereka. Dengan pengesanan awal, KPM bisa memberikan dukungan yang diperlukan sebelum masalah tersebut berkembang lebih jauh.
“Baca juga: Lomba Robot Industri Nasional 2025 di UNP: Pelatihan Robot Epson Capai Sukses Besar”
Wong menegaskan bahwa isu kehadiran dan keciciran murid tetap menjadi prioritas utama KPM. Pemerintah tidak akan berkompromi dalam memastikan setiap murid memiliki akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Dengan adanya teknologi AI, KPM berharap dapat mengurangi keciciran yang dapat mempengaruhi masa depan murid-murid tersebut. Selain itu, teknologi ini juga dapat membantu meminimalisir ketidakmerataan akses pendidikan yang terjadi di berbagai daerah.
Selain penggunaan teknologi AI, KPM juga melaksanakan Program Ziarah Cakna sebagai langkah proaktif untuk mendekati murid yang berisiko. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran orang tua dan masyarakat mengenai pentingnya pendidikan. Dalam program ini, pihak sekolah akan mengunjungi rumah murid-murid yang berisiko dan memberikan bimbingan, baik dalam hal pendidikan maupun perkembangan karier mereka.
“Simak juga: Rahasia Sukses Elon Musk Kalahkan Roket Cina dan Bantu Luncurkan Satelit Indonesia”
Isu kapasitas kelas yang terlalu padat juga mendapat perhatian dari KPM. Wong mengungkapkan bahwa kapasitas ideal untuk setiap kelas adalah 30 orang, namun dengan pertimbangan tertentu, jumlah murid dalam kelas bisa diperbesar hingga 35 orang. Untuk mengatasi masalah kapasitas yang terbatas ini, KPM melakukan analisis kebutuhan dan merencanakan pembangunan sekolah baru atau penambahan bangunan yang sesuai. Ini juga mencakup penggunaan kaedah Sistem Binaan Berindustri dalam proses pembangunan sekolah untuk memastikan infrastruktur yang lebih efisien dan memadai.
Wong menambahkan, sebagai bagian dari inisiatif pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur pendidikan, RM100 juta telah dialokasikan untuk pembinaan bangunan tambahan di sekolah-sekolah. Pembinaan ini termasuk sekolah baru serta renovasi bangunan yang sudah ada. Semua upaya ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik, yang mendukung perkembangan setiap murid dengan lebih maksimal.
Dengan menggabungkan teknologi canggih seperti AI dengan kebijakan pendidikan yang inklusif, KPM berkomitmen untuk mengurangi keciciran murid. Penggunaan teknologi AI untuk mendeteksi murid berisiko merupakan langkah strategis yang mendukung hak pendidikan. Ini juga meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Pemerintah terus berupaya memastikan setiap anak di Malaysia mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar. Tujuannya adalah agar tidak ada hambatan dalam proses belajar dan perkembangan anak.