ST Francis Luck Now – Panji Petualang kembali menjadi sorotan publik setelah memberikan penjelasan terkait tewasnya seorang warga bernama Abah Ocang yang berduel melawan seekor ular king cobra sepanjang empat meter di Sukabumi, Jawa Barat. Menurut Panji, insiden tersebut kemungkinan besar terjadi karena konflik tak sengaja antara manusia dan satwa liar. Berdasarkan informasi yang beredar, Abah Ocang diduga berpapasan langsung dengan ular itu di kebun tempatnya bekerja. Rasa panik yang muncul akibat melihat ukuran besar ular tersebut membuat korban berusaha memukulnya dengan tongkat kayu. Dari analisis Panji, tindakan spontan tersebut justru memancing reaksi defensif sang ular. Akibatnya, hewan beracun itu menggigit kaki korban hingga menyebabkan kematian mendadak di lokasi kejadian. Kasus tragis ini mengundang perhatian luas, terutama karena Ocang dikenal sebagai warga yang akrab dengan lingkungan alam di sekitarnya dan tidak memiliki riwayat konflik dengan satwa berbahaya sebelumnya.
Dalam penjelasannya kepada media, Panji Petualang menuturkan bahwa karakter alami king cobra sebenarnya tidak seagresif yang dibayangkan banyak orang. Menurutnya, hewan melata ini cenderung menghindari manusia dan hanya menyerang ketika merasa terancam. Berdasarkan pengalaman panjangnya menangani satwa berbisa, Panji menyebut bahwa king cobra lebih memilih kabur daripada bertarung, kecuali jika diganggu atau diserang lebih dulu. Ia menduga tindakan Abah Ocang yang memukul ular tersebut karena ketakutan justru membuat hewan itu menyerang sebagai bentuk pertahanan diri. Panji juga menjelaskan bahwa racun dari gigitan king cobra bersifat neurotoksik dan menyebar sangat cepat ke seluruh tubuh manusia. Efeknya bisa mengakibatkan kelumpuhan otot pernapasan hingga kematian mendadak jika tidak segera ditangani. Ia menambahkan, masyarakat perlu memahami perilaku ular di alam agar tidak salah bertindak saat berhadapan dengan spesies berbahaya seperti king cobra.
“Baca juga: Heboh! Batu Meteor Jatuh di Cirebon, Polisi Turun Tangan Selidiki Lokasi!”
Penemuan jasad Abah Ocang pada Senin pagi di Kampung Cipetir, Sukabumi, menambah kejanggalan dalam kasus ini. Korban ditemukan oleh tetangganya, Erwanto, ketika hendak menyadap pohon karet. Di dekat tubuh korban, warga menemukan seekor ular king cobra sepanjang empat meter yang telah mati dengan kepala tertancap tongkat kayu. Berdasarkan hasil pemeriksaan polisi, ular tersebut diyakini sebagai hewan yang sama yang menyerang korban malam sebelumnya. Kanit Reskrim Polsek Sagaranten, Aiptu Yadi Supriyadi, menyebut bahwa luka gigitan ditemukan di sela jempol kaki kanan korban, dengan warna kulit yang membiru akibat bisa mematikan yang menyebar cepat. Dari hasil olah tempat kejadian perkara, polisi menduga kuat bahwa korban meninggal akibat gigitan ular tersebut. Warga sekitar pun mengakui bahwa suara gaduh terdengar malam sebelum kejadian, diduga berasal dari perlawanan korban terhadap ular raksasa itu di area kebun miliknya.
Panji Petualang mengungkapkan kemungkinan lain yang menjadi penyebab duel maut itu terjadi. Ia memperkirakan Abah Ocang mungkin tidak sengaja menginjak bagian tubuh atau ekor ular saat berjalan di kebun. King cobra dikenal pandai berkamuflase, sehingga sulit terlihat di antara rerumputan dan dedaunan. Jika hal tersebut benar, gigitan bisa terjadi sebagai reaksi spontan pertahanan diri. Panji menegaskan bahwa warga di daerah pedesaan perlu lebih berhati-hati saat beraktivitas di alam terbuka, terutama di wilayah yang menjadi habitat ular berbisa. Menurutnya, tindakan membunuh ular tanpa pengetahuan yang tepat justru memperbesar risiko serangan. Ia juga menambahkan bahwa keberadaan ular di sekitar area pertanian tidak selalu berbahaya selama tidak diganggu. Edukasi tentang cara menghadapi ular dengan aman sangat penting agar peristiwa serupa tidak terulang. Ia berharap kejadian tragis ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat luas.
Sebagai pawang ular profesional, Panji Petualang menilai bahwa peristiwa di Sukabumi tersebut menjadi pengingat keras akan pentingnya edukasi satwa liar. Ia menegaskan bahwa pengetahuan dasar tentang perilaku hewan beracun dapat menyelamatkan nyawa manusia. Banyak kasus kematian akibat gigitan ular sebenarnya bisa dihindari jika masyarakat memahami langkah pertama dalam menghadapi situasi berbahaya. Panji juga mengingatkan agar masyarakat tidak langsung panik saat melihat ular besar, terutama jenis king cobra yang biasanya hanya menyerang jika merasa terganggu. Ia mendorong pemerintah daerah serta lembaga konservasi untuk mengadakan pelatihan penanganan ular bagi warga pedesaan. Dengan edukasi yang tepat, masyarakat dapat hidup berdampingan dengan satwa liar tanpa konflik. Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa kematian Abah Ocang seharusnya menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya kehati-hatian di alam terbuka, bukan sekadar kisah tragis yang viral di media.
Artikel ini bersumber dari www.detik.com dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di stfrancislucknow
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa