ST Francis Luck Now – AI dan Coding kini resmi menjadi bagian dari materi pembelajaran pilihan di sekolah dasar hingga SMK mulai tahun ajaran 2025 sampai 2026. Kebijakan ini diambil oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan literasi digital dan memperkuat kemampuan berpikir komputasional generasi muda Indonesia. Pembelajaran akan difokuskan pada pemahaman dasar-dasar pemrograman, logika algoritmik, serta pengenalan pada sistem kecerdasan buatan yang sederhana. Pemerintah menyatakan bahwa kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi era digital perlu dimulai sejak dini, termasuk dari bangku pendidikan dasar. Modul pelajaran telah dirancang agar dapat dipahami oleh berbagai jenjang usia secara bertahap. Dengan kebijakan ini, sekolah diharapkan mulai memfasilitasi siswa untuk lebih akrab dengan teknologi digital, sekaligus mendorong kreativitas serta pemecahan masalah melalui pendekatan berbasis teknologi.
Penerapan AI dan Coding di berbagai jenjang sekolah membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik dari sisi infrastruktur maupun sumber daya pengajar. Untuk mendukung program ini, pemerintah telah menyiapkan pelatihan khusus bagi tenaga pendidik agar mampu mengajarkan materi dengan pendekatan yang interaktif dan aplikatif. Perangkat teknologi seperti komputer, tablet, dan jaringan internet mulai disalurkan ke sekolah-sekolah yang menjadi pilot project. AI dan Coding bukan hanya diajarkan melalui teori, melainkan juga lewat praktik yang membangun keterampilan logika dan kreatifitas siswa. Buku panduan digital serta platform belajar daring telah dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan bekerja sama dengan berbagai pihak. Selain itu, kolaborasi dengan perusahaan teknologi lokal dan global juga didorong agar pembelajaran tetap relevan dengan kebutuhan industri masa depan. Ini menjadi langkah awal dalam membangun generasi yang tidak hanya sebagai pengguna, tetapi juga pencipta teknologi.
“Baca juga: Panduan Lengkap Belajar Berbasis Proyek: Praktis dan Menyenangkan”
Meski kebijakan ini disambut positif oleh banyak pihak, pelaksanaannya di lapangan tetap menghadapi sejumlah tantangan. Tidak semua sekolah memiliki fasilitas memadai untuk menjalankan pelajaran berbasis digital. Di beberapa daerah, keterbatasan akses internet dan perangkat teknologi masih menjadi kendala utama. Namun demikian, antusiasme siswa dan tenaga pendidik terhadap pelajaran AI dan Coding terbilang tinggi. Beberapa sekolah yang telah memulai program percontohan melaporkan peningkatan minat belajar, terutama pada siswa yang menyukai tantangan logika dan teknologi. Para orang tua juga mulai menunjukkan dukungan, meskipun masih dibutuhkan edukasi mengenai pentingnya literasi digital dalam kehidupan masa depan. Pemerintah pun mulai menyusun roadmap yang mencakup pemerataan fasilitas, peningkatan kompetensi tenaga pendidik, serta kurikulum berbasis kebutuhan lokal. Diharapkan, berbagai tantangan ini bisa segera diatasi agar manfaatnya dapat dirasakan secara luas.
Keputusan menjadikan AI dan Coding sebagai materi pelajaran pilihan bukan sekadar tren sesaat. Hal ini dilandasi oleh kebutuhan industri masa depan yang semakin bergantung pada teknologi. Lulusan sekolah yang sudah dibekali pemahaman dasar tentang pemrograman dan kecerdasan buatan akan memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi. Berbagai profesi baru diprediksi akan muncul sebagai akibat dari transformasi digital global. Oleh karena itu, pendidikan dasar harus mulai disesuaikan agar tidak tertinggal. AI dan Coding akan memperkuat keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kolaborasi, dan kemampuan adaptasi. Program magang, proyek teknologi, hingga lomba inovasi rencananya akan diperluas di kalangan pelajar sebagai bagian dari strategi pengembangan bakat digital. Kementerian Pendidikan juga akan bekerja sama dengan sektor industri untuk membuka jalur karier langsung bagi siswa yang menunjukkan potensi tinggi dalam bidang ini.
“Simak juga: Google Veo 3: Ubah Foto Jadi Video, Kini Hadir dengan Fitur Suara”
Langkah pemerintah dalam memasukkan AI dan Coding ke dalam kurikulum pendidikan menandai perubahan arah sistem belajar yang lebih inklusif dan berbasis teknologi. Visi jangka panjangnya adalah membangun generasi Indonesia yang tidak hanya mampu mengoperasikan teknologi, tetapi juga menciptakannya. Pendidikan yang responsif terhadap perkembangan digital akan memperkecil kesenjangan keterampilan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Sekolah-sekolah di wilayah terpencil akan dilibatkan dalam proyek digitalisasi secara bertahap. Pembelajaran daring, pemanfaatan perangkat pintar, dan integrasi sistem edukasi digital menjadi prioritas. Kurikulum juga diarahkan agar siswa mampu belajar mandiri dan berinovasi sesuai dengan kecepatan teknologi yang terus berkembang. Dengan kebijakan ini, diharapkan pendidikan Indonesia dapat menyiapkan anak-anak bangsa untuk bersaing di panggung global dengan bekal keterampilan yang relevan dan adaptif terhadap masa depan yang serba digital.