ST Francis Luck Now – Metode Reward Berdasarkan Skill dan Usaha menjadi pendekatan yang kini digemari para orang tua masa kini. Tidak lagi hanya mengandalkan pujian manis seperti hebat atau pintar tanpa alasan jelas, sistem ini menekankan penghargaan yang diberikan secara konkret atas keterampilan yang dibangun dan usaha yang dilakukan anak. Pujian dinilai lebih bermakna jika didasarkan pada proses yang dijalani, bukan hanya hasil akhir. Dalam sistem ini, anak akan merasa dihargai karena kerja keras dan konsistensi mereka, bukan hanya karena kecerdasan alami atau keberuntungan semata. Hasilnya, anak jadi lebih termotivasi untuk belajar dan berkembang. Tidak hanya berdampak pada motivasi belajar, metode ini juga membentuk karakter yang lebih tangguh, tekun dan sadar proses. Perubahan mindset ini menciptakan suasana pengasuhan yang lebih sehat dan membangun kepercayaan diri anak dari pondasi yang kokoh.
Metode Reward Berdasarkan Skill dan Usaha dianggap lebih efektif karena membantu anak membangun growth mindset. Dalam pendekatan tradisional, anak sering kali hanya dipuji ketika mereka berhasil, tanpa mempertimbangkan bagaimana mereka mencapai hasil tersebut. Hal ini membuat anak mudah menyerah saat menemui kesulitan. Sebaliknya, ketika penghargaan diberikan atas kerja keras dan peningkatan keterampilan, anak akan lebih menghargai proses. Mereka belajar bahwa kegagalan bukanlah akhir melainkan bagian dari pembelajaran. Anak juga menjadi lebih berani mengambil risiko karena tahu bahwa usaha mereka tetap diapresiasi. Dengan demikian, kepercayaan diri dibangun bukan dari pujian kosong, tetapi dari pemahaman bahwa mereka mampu berkembang. Efek jangka panjangnya dapat terlihat dalam perilaku anak yang lebih ulet dan tahan banting terhadap tekanan. Strategi ini kini banyak diterapkan oleh orang tua, tenaga pendidik dan mentor untuk mempersiapkan anak menghadapi tantangan hidup yang nyata.
“Baca juga: Jangan Salah Asuh! Trauma Anak Bisa Makin Parah Tanpa Teknik Parenting Ini”
Dalam penerapan Metode Reward Berdasarkan Skill dan Usaha, penghargaan yang diberikan bukan hanya berupa materi. Reward bisa berbentuk tanggung jawab lebih besar, waktu khusus bersama orang tua atau pengakuan dalam forum keluarga. Misalnya, ketika anak berhasil menyelesaikan proyek kerajinan tangan dengan penuh kesabaran, mereka diberi kesempatan memimpin aktivitas kreatif berikutnya. Dengan cara ini, anak belajar bahwa hasil kerja keras mereka benar-benar dihargai dan bisa membuka peluang baru. Selain itu, reward juga bisa berupa alat yang mendukung perkembangan keterampilan seperti buku, perlengkapan seni atau alat musik. Bentuk penghargaan ini memperkuat hubungan antara usaha dan hasil nyata, bukan semata-mata angka atau nilai. Penerapan reward jenis ini membuat anak termotivasi untuk terus mencoba hal baru dan melatih diri. Ketika reward bersifat relevan dengan usaha yang dilakukan, maka dampaknya terhadap motivasi intrinsik anak pun menjadi jauh lebih besar dan berkelanjutan.
Anak yang terbiasa dengan Metode Reward Berdasarkan Skill dan Usaha cenderung tumbuh dengan mentalitas yang lebih kuat. Mereka tidak mudah goyah saat mengalami kegagalan dan lebih terbuka pada kritik yang membangun. Karena telah dibiasakan untuk menilai diri mereka dari usaha dan keterampilan, anak jadi tidak bergantung pada validasi eksternal. Ini membentuk pribadi yang lebih stabil secara emosional. Ketika anak memasuki dunia sekolah atau pekerjaan, mereka mampu menyusun strategi, merencanakan langkah dan menyelesaikan tantangan secara mandiri. Keuletan ini menjadi modal penting dalam membangun masa depan yang sukses. Selain itu, mereka juga lebih mampu menghargai keberhasilan orang lain karena telah memahami bahwa pencapaian memerlukan proses. Kebiasaan melihat nilai dari proses menjadikan mereka lebih rendah hati, terbuka dan bersahabat. Kualitas ini sangat dibutuhkan dalam kerja sama tim dan kehidupan sosial yang sehat sejak usia dini.
Untuk menerapkan Metode Reward Berdasarkan Skill dan Usaha secara konsisten, orang tua perlu mengenali terlebih dahulu jenis usaha yang dilakukan anak. Hindari memuji hasil semata, dan fokuslah pada bagaimana mereka mencapainya. Misalnya, saat anak berhasil membaca satu buku sulit, soroti dedikasi dan waktu yang mereka gunakan. Buat jurnal pencapaian yang mencatat proses, bukan hanya hasil. Selain itu, komunikasi menjadi kunci utama. Libatkan anak dalam proses diskusi mengenai apa yang ingin mereka capai dan bagaimana caranya. Dengan begitu, reward menjadi bagian dari perjalanan bersama, bukan hadiah yang tiba-tiba muncul. Perlu juga diingat bahwa reward tidak harus diberikan setiap kali anak berusaha. Terkadang cukup dengan pengakuan tulus atau waktu berkualitas yang menunjukkan bahwa usaha mereka dilihat dan dihargai. Konsistensi orang tua dalam menerapkan prinsip ini akan menciptakan atmosfer pengasuhan yang mendorong pertumbuhan dan kemandirian.