ST Francis Luck Now – Bandung kembali diguncang duka setelah kejadian tragis yang menimpa seorang ibu dan dua anaknya di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pada Jumat dini hari tanggal 5 September 2025, warga Desa Kiangroke dikejutkan dengan penemuan tiga jenazah di sebuah rumah kontrakan. Seorang ibu berinisial EN dan kedua anaknya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa oleh sang suami yang baru saja pulang kerja. Kejadian ini menggemparkan warga sekitar karena selama ini keluarga tersebut dikenal tertutup namun tak pernah menunjukkan gelagat mencurigakan. Kabar menyedihkan ini cepat menyebar ke berbagai media dan membuat banyak orang mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi di balik tragedi memilukan ini. Ketika aparat datang ke lokasi, ditemukan secarik surat yang ditulis tangan oleh EN. Surat itu berisi permintaan maaf serta curahan hati tentang tekanan hidup yang tak sanggup lagi ia tanggung. Tragedi ini menjadi peringatan betapa pentingnya menjaga kesehatan mental dan komunikasi dalam keluarga.
Kedua anak korban merupakan sosok ceria yang dikenal baik oleh tetangga sekitar. Bocah berinisial AA yang duduk di bangku kelas 3 SD dikenal sebagai anak cerdas dan berprestasi. Di lingkungan sekolah, AA sering meraih juara kelas dan menjadi kebanggaan kelasnya . Bahkan pada malam kejadian, AA seharusnya tampil dalam sebuah pagelaran tari di Bandung. Ia telah mempersiapkan kostumnya sendiri dan begitu semangat menyambut hari itu. Namun takdir berkata lain. AA ditemukan meninggal bersama adiknya yang masih berusia 11 bulan. Warga setempat tak kuasa menahan air mata saat mengenang keceriaan dan kepintaran AA yang kini hanya tinggal kenangan. Salah satu tetangga menyebut bahwa AA adalah anak yang ramah, sering menyapa, dan mudah bergaul dengan siapa saja. Sementara adiknya yang masih bayi kerap terdengar tertawa ceria dari dalam rumah kontrakan. Kini keheningan menyelimuti tempat yang dulu dipenuhi suara polos anak-anak.
Di lokasi kejadian, sebuah surat ditinggalkan oleh sang ibu sebelum ia mengakhiri hidup. Surat itu ditemukan tidak jauh dari posisi jenazah dan berisi curahan hati yang sangat menyentuh. Dalam tulisan tangannya, EN mengungkapkan betapa berat tekanan hidup yang ia rasakan. Ia menyampaikan permintaan maaf kepada anak-anaknya serta kepada suaminya dan keluarga besar. Dalam surat itu juga disebutkan bahwa EN merasa tak lagi sanggup menghadapi masalah ekonomi yang terus membelit dan persoalan rumah tangga yang semakin rumit. Meski penuh keputusasaan, nada dalam suratnya masih menunjukkan kasih seorang ibu yang merasa gagal menjaga anak-anaknya dari penderitaan. Ia berharap anak-anaknya bisa tenang di alam yang lebih baik. Surat tersebut kini dijadikan salah satu barang bukti oleh pihak kepolisian untuk mendalami motif dan latar belakang peristiwa tersebut. Kisah pilu ini memperlihatkan bahwa banyak luka tidak terlihat yang mungkin dialami seseorang tanpa pernah benar-benar diketahui oleh orang terdekat.
Kepolisian yang melakukan olah tempat kejadian perkara menyatakan bahwa tidak ditemukan adanya tanda-tanda keterlibatan pihak luar dalam kasus ini. Lima orang saksi telah diperiksa, termasuk tetangga sekitar dan anggota keluarga terdekat. Semua keterangan mengarah pada kesimpulan bahwa tindakan ini dilakukan oleh korban sendiri tanpa intervensi pihak ketiga. Rumah kontrakan tempat mereka tinggal juga tidak menunjukkan tanda-tanda perusakan atau pengrusakan dari luar. Polisi tetap membuka penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap secara menyeluruh motif dan kronologi kejadian. Namun sejauh ini, dugaan kuat mengarah pada aksi bunuh diri yang dilatarbelakangi oleh tekanan ekonomi dan masalah keluarga yang menumpuk. Banyak pihak mulai menyoroti pentingnya sistem pendampingan psikologis bagi ibu rumah tangga dan keluarga dengan tekanan ekonomi tinggi. Kasus ini menjadi potret bahwa beban hidup bisa menjadi terlalu berat jika tidak ada ruang untuk berbicara dan mendapat dukungan yang tepat.
Suasana di sekitar rumah kontrakan tempat kejadian berlangsung masih diliputi duka. Warga setempat memasang tenda kecil sebagai bentuk penghormatan dan doa bersama bagi korban. Banyak tetangga yang mengaku masih tidak percaya bahwa tragedi seperti ini bisa terjadi begitu dekat dari mereka. EN dikenal sebagai ibu yang lembut dan penyayang kepada anak-anaknya. Meskipun jarang bersosialisasi, ia selalu terlihat sibuk mengurus rumah dan anak-anaknya dengan penuh perhatian. Setelah kejadian ini, sejumlah tokoh masyarakat mulai menggalang kegiatan sosial dan konseling keluarga agar kejadian serupa tidak terulang. Para ibu rumah tangga diajak berbicara dan dibantu untuk mencurahkan isi hati mereka. Ketua RT setempat bahkan mengajak warganya untuk lebih peka terhadap kondisi psikologis tetangga sekitar. Dukungan moral dan solidaritas mulai dibangun kembali dari lingkungan terkecil. Meskipun nyawa tak bisa kembali, warga berharap dari peristiwa ini bisa tumbuh kesadaran bersama untuk lebih peduli terhadap sesama.