ST Francis Luck Now – Israel meningkatkan serangan udara dan darat ke wilayah Gaza sejak fajar dan menewaskan sedikitnya 26 orang menurut laporan tim di lapangan. Gempuran ini menambah panjang daftar korban jiwa yang telah melampaui puluhan ribu sejak perang dimulai pada Oktober 2023. Serangan udara dilancarkan secara intens di Gaza City sementara pasukan darat terus bergerak maju ke bagian selatan kota. Kondisi kemanusiaan semakin memburuk dengan rumah sakit yang menghadapi kekurangan bahan bakar sehingga layanan penting terancam tutup dalam beberapa hari. Peringatan keras disampaikan oleh Kementerian Kesehatan setempat bahwa pasien berisiko menghadapi kematian pasti jika pasokan bahan bakar tidak segera tersedia. Situasi genting ini menambah ketegangan politik internasional di tengah upaya diplomasi yang masih berlangsung untuk menghentikan kekerasan.
Serangan terbaru Israel di Gaza melibatkan kombinasi gempuran udara dan pergerakan pasukan darat yang semakin mendekati pusat kota. Tank dan kendaraan militer dilaporkan terus menekan ke arah selatan sehingga menambah kepanikan warga sipil yang sudah terjebak di wilayah padat penduduk. Militer Israel menargetkan lokasi yang diklaim sebagai basis kelompok perlawanan namun laporan di lapangan menunjukkan banyak rumah dan fasilitas umum ikut hancur. Serangan yang terus berlanjut mempersulit evakuasi korban dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke area terdampak. Tim medis melaporkan bahwa akses menuju rumah sakit menjadi semakin berbahaya karena jalanan dipenuhi reruntuhan dan patroli militer. Pihak internasional menyerukan penghentian kekerasan namun serangan masih berlangsung dengan intensitas tinggi. Situasi ini menambah beban warga Gaza yang sudah mengalami kesulitan selama hampir setahun konflik tanpa henti.
“Baca juga: Panas! Trump Desak Afghanistan Serahkan Bagram atau Hal Buruk Akan Terjadi”
Kementerian Kesehatan Gaza memperingatkan bahwa pasien di rumah sakit menghadapi kematian pasti jika pasokan bahan bakar tidak segera tiba. Banyak rumah sakit melaporkan kekurangan listrik yang memaksa mereka menutup layanan penting seperti unit gawat darurat dan ruang operasi. Tenaga medis bekerja tanpa henti sementara generator cadangan hanya mampu beroperasi dalam waktu terbatas. Beberapa fasilitas kesehatan bahkan dilaporkan sudah menolak pasien baru karena tidak mampu memberikan perawatan yang memadai. Bantuan medis dari luar wilayah masih tertahan akibat blokade yang diberlakukan di perbatasan. Kondisi ini memicu keprihatinan berbagai organisasi kemanusiaan yang mendesak gencatan senjata segera dilakukan agar jalur bantuan bisa dibuka. Situasi rumah sakit menjadi simbol penderitaan warga sipil yang terus meningkat seiring berlanjutnya serangan Israel di seluruh Gaza.
“Simak juga: Jin BTS Curi Spotlight di Fashion Show Gucci 2025, Visualnya Bikin Jatuh Hati!”
Sementara kekerasan terus berlangsung para pemimpin dunia mencoba mencari jalan keluar melalui jalur diplomasi. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan mengadakan pertemuan multilateral dengan negara negara seperti Arab Saudi Uni Emirat Arab Qatar Mesir Yordania Turkiye Indonesia dan Pakistan. Menurut laporan media AS pertemuan ini akan membahas usulan perdamaian serta rencana pemerintahan pascaperang di Gaza. Sebelumnya enam negara termasuk Prancis telah mengumumkan langkah untuk mengakui kenegaraan Palestina pada sebuah pertemuan tingkat tinggi menjelang sidang tahunan Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa di New York. Dukungan politik ini menunjukkan meningkatnya tekanan internasional agar Israel menghentikan serangan dan membuka peluang bagi solusi dua negara. Namun hingga kini belum ada tanda tanda bahwa gencatan senjata akan segera tercapai.
Perang yang berlangsung sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 65 ribu orang dan melukai lebih dari 166 ribu lainnya. Ribuan korban lain diperkirakan masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan. Sementara itu serangan awal pada 7 Oktober di wilayah Israel menewaskan lebih dari seribu orang dan sekitar dua ratus orang dilaporkan disandera. Data ini menggambarkan betapa dahsyatnya dampak konflik yang belum menunjukkan tanda akan berakhir. Warga sipil di kedua pihak terus menanggung penderitaan besar sementara proses perdamaian masih terhambat oleh kepentingan politik dan militer. Komunitas internasional semakin mendesak agar tindakan segera diambil untuk menghentikan kekerasan yang telah menelan begitu banyak korban jiwa.
Artikel ini bersumber dari www.aljazeera.com dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di stfrancislucknow
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa