
ST Francis Luck Now – Nadiem Makarim kembali menjadi sorotan publik setelah terungkap keberadaan grup WhatsApp yang disebut Mas Menteri Core Team. Dalam grup tersebut, nama pendiri Sekolah Cikal sekaligus tokoh pendidikan Najelaa Shihab ternyata ikut tergabung bersama beberapa ahli dan pejabat kementerian. Informasi ini disampaikan langsung oleh pengacara Nadiem, Tabrani Aby, dalam konferensi pers di Jakarta. Ia menjelaskan bahwa grup itu awalnya dibentuk untuk menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo terkait Nawacita dan RPJM lima tahun. Grup ini lahir pada 28 Agustus 2019 dan merupakan gabungan dari dua grup sebelumnya yaitu Edu Org dan Education Council. Nadiem Makarim disebut mengumpulkan para pakar pendidikan guna menyusun gagasan strategis untuk reformasi sistem pendidikan nasional agar lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus berubah.
Nama Najelaa Shihab mencuat setelah Nadiem Makarim dikaitkan dengan grup tersebut. Dalam penjelasan Tabrani, Najelaa ikut memberikan masukan dan ide seputar kebijakan pendidikan yang berorientasi pada kemajuan teknologi dan pemerataan akses belajar. Ia disebut aktif berkontribusi lewat diskusi-diskusi dalam grup itu bersama anggota lain seperti Fiona Handayani dan Jurist Tan. Tabrani menegaskan bahwa isi pembahasan dalam grup tidak terkait dengan pengadaan perangkat seperti Chromebook melainkan fokus pada penguatan sistem pendidikan digital. Menurutnya, para anggota grup membantu menteri menyiapkan konsep pendidikan yang mampu menjawab tantangan zaman. Grup WhatsApp ini disebut sebagai wadah pertukaran ide antara pakar independen dan pejabat Kemendikbudristek untuk mempercepat inovasi kebijakan pendidikan nasional. Dengan munculnya nama Najelaa, publik mulai menyoroti peran para ahli di balik kebijakan pendidikan yang dijalankan oleh kementerian selama masa jabatan Nadiem.
Dalam keterangan yang diberikan, Tabrani menjelaskan bahwa grup Mas Menteri Core Team digunakan untuk membahas berbagai agenda penting yang akan dijalankan oleh Kementerian Pendidikan. Di antaranya mengenai zonasi, ujian nasional, serta mekanisme penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah atau BOS. Semua anggota grup diklaim berfokus pada penciptaan sistem pendidikan berbasis teknologi yang lebih inklusif. Nadiem Makarim ingin agar arah pendidikan di Indonesia bisa menyesuaikan dengan kebutuhan generasi muda yang semakin digital. Dalam forum tersebut, para pakar pendidikan memberi gagasan tentang model pembelajaran yang interaktif serta strategi implementasi kebijakan berbasis data. Menurut Tabrani, seluruh diskusi dilakukan secara terbuka dengan tujuan memperkuat pondasi Merdeka Belajar. Ia menegaskan bahwa tidak ada pembicaraan mengenai proyek pengadaan perangkat teknologi, melainkan pembahasan strategis mengenai arah kebijakan pendidikan nasional yang lebih inovatif dan berkelanjutan.
Menanggapi pemberitaan tersebut, Najelaa Shihab memberikan keterangan langsung kepada CNN Indonesia. Ia mengakui dirinya memang tergabung dalam grup yang dibentuk oleh Nadiem Makarim bersama puluhan orang lainnya. Namun, ia menegaskan bahwa keikutsertaannya semata-mata sebagai mitra pendidikan independen yang terlibat dalam diskusi akademik dan kebijakan publik. Najelaa menjelaskan bahwa grup itu juga berisi pejabat kementerian dan mitra eksternal yang memiliki fokus terhadap perbaikan sistem pendidikan nasional. Ia menambahkan, pembahasan dalam grup lebih banyak mengenai rekomendasi, kajian, dan pengembangan kurikulum. Sebagai perwakilan Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan atau PSPK, Najelaa berperan memberikan saran dalam proses penerimaan peserta didik baru dan pengembangan kebijakan belajar yang lebih inklusif. Ia juga menolak tuduhan yang mengaitkannya dengan isu pengadaan perangkat teknologi seperti Chromebook yang saat ini sedang menjadi perbincangan publik.
Setelah nama Najelaa Shihab muncul dalam pemberitaan, publik ramai membahas isi serta fungsi grup Mas Menteri Core Team tersebut. Kejaksaan Agung sebelumnya menyebut bahwa dalam grup itu sempat dilakukan pembahasan seputar program digitalisasi pendidikan yang melibatkan perangkat Chromebook. Namun, penjelasan ini dibantah oleh pihak Nadiem maupun Najelaa yang menegaskan tidak ada pembicaraan terkait pengadaan barang. Reaksi masyarakat pun terbagi, sebagian mendukung transparansi yang ditunjukkan Najelaa sementara lainnya meminta penelusuran lebih lanjut mengenai aktivitas grup tersebut. Beberapa pengamat pendidikan menilai bahwa keterlibatan tokoh seperti Najelaa justru memperlihatkan adanya kolaborasi antara pemerintah dan pihak independen dalam merumuskan kebijakan. Hingga kini, belum ada pernyataan lanjutan dari Kejaksaan terkait hasil penyelidikan tersebut. Perbincangan publik terus bergulir seiring meningkatnya perhatian terhadap proses digitalisasi pendidikan di bawah kebijakan yang pernah digagas Nadiem Makarim.
Artikel ini bersumber dari cnnindonesia dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di stfrancislucknow
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa