ST Francis Luck Now – Michelle Obama kembali menyuarakan keprihatinannya terhadap dampak negatif sosial media pada anak-anak. Dalam podcast terbarunya, ia mengajak orangtua untuk lebih tegas dan berani membatasi akses anak terhadap platform digital. Menurutnya, dunia digital kini menjadi sumber kecemasan hingga depresi bagi generasi muda. Terlalu banyak waktu di layar dinilai mengganggu perkembangan emosional dan sosial anak. Michelle menyebut bahwa pengambilan keputusan ini memang sulit, tetapi sangat penting untuk kesehatan mental anak dalam jangka panjang. Ia mengibaratkan pembatasan sosial media seperti proses melepaskan anak dari zat adiktif yang membahayakan. Banyak orangtua merasa bersalah saat harus melarang, namun keputusan ini justru bentuk kasih sayang dan tanggung jawab. Menurut Michelle, masa kecil seharusnya dipenuhi eksplorasi nyata, bukan sekadar scroll layar. Ia pun mengajak orangtua agar tidak takut menghadapi konflik demi kepentingan terbaik anak mereka.
Seruan Michelle Obama mendapat dukungan penuh dari psikolog Jonathan Haidt. Ia menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung antara intensitas penggunaan sosial media dan gangguan mental pada remaja. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak-anak yang menghabiskan lebih dari tiga jam per hari di sosial media memiliki risiko depresi dua kali lipat. Selain itu, gangguan tidur, penurunan kepercayaan diri, dan kecemasan sosial juga meningkat drastis. Dunia maya menciptakan tekanan konstan untuk tampil sempurna, yang secara mental melelahkan bagi anak. Orangtua perlu menyadari bahwa dunia digital tidak dirancang untuk kepentingan tumbuh kembang anak. Algoritma sosial media justru mengejar perhatian dan keterikatan tanpa batas. Dalam banyak kasus, anak-anak tidak diberi kesempatan untuk belajar mengelola emosi secara alami. Oleh karena itu, batasan harus diterapkan secara sadar dan konsisten. Perubahan perilaku anak sering kali baru terlihat setelah paparan digitalnya dikurangi.
“Baca juga: Digital Parenting Gagal: Saat Desain Adiktif Kalahkan Peran Keluarga”
Peran orangtua menjadi sangat krusial di era teknologi saat ini. Bukan hanya menyediakan gadget, orangtua juga bertanggung jawab atas cara penggunaannya. Michelle Obama menekankan pentingnya keberanian untuk mengambil keputusan tidak populer. Dalam praktiknya, banyak orangtua justru menyerah pada rengekan anak demi menghindari konflik. Padahal, tindakan lunak seperti itu bisa berdampak jangka panjang. Perlu pendekatan komunikatif dan edukatif dalam membatasi penggunaan sosial media. Anak perlu dijelaskan mengenai alasan di balik kebijakan tersebut. Bukan hanya larangan, tapi juga alternatif kegiatan yang sehat seperti membaca buku, bermain di luar ruangan, atau berkarya secara fisik. Rutinitas digital perlu diatur, termasuk waktu tidur tanpa ponsel di kamar. Para ahli sepakat bahwa pembatasan tidak harus ekstrem, tetapi harus konsisten. Dengan pendampingan dan teladan yang baik, anak-anak akan lebih mudah beradaptasi tanpa harus bergantung pada dunia maya.
Masalah sosial media tidak bisa diselesaikan oleh individu saja. Diperlukan kesadaran kolektif dari lingkungan, sekolah, dan komunitas. Michelle Obama mengajak para pemimpin sekolah dan tokoh masyarakat untuk ikut ambil peran. Kebijakan sekolah yang mendukung detoks digital, seperti jam bebas gadget atau aktivitas luar ruang, dapat menjadi solusi kolektif. Selain itu, forum orangtua di sekolah juga bisa dijadikan tempat diskusi dan saling mendukung. Dalam komunitas yang sadar, anak-anak tidak akan merasa berbeda saat akses sosial medianya dibatasi. Mereka justru tumbuh dengan perasaan aman dan diterima. Gerakan sosial seperti 90s Kid Summer juga menjadi contoh tren positif yang layak dicontoh. Aktivitas bermain di luar, membuat kerajinan tangan, dan eksplorasi alam kembali digalakkan. Semua ini menunjukkan bahwa kebahagiaan anak tidak selalu datang dari dunia digital. Dengan sinergi berbagai pihak, pola konsumsi digital anak bisa diubah menuju arah yang lebih sehat dan positif.
“Simak juga: Larry Ellison Tempel Elon Musk: Miliarder Oracle Ini Tak Tergoyahkan”
Michelle Obama menyampaikan harapan besar terhadap generasi masa depan. Ia ingin anak-anak memiliki masa kecil yang seimbang antara teknologi dan realita. Dalam pandangannya, teknologi memang penting tetapi tidak boleh mendominasi seluruh aspek kehidupan anak. Kebebasan eksplorasi, interaksi langsung, dan pembelajaran melalui pengalaman nyata harus tetap dijaga. Dunia digital akan terus berkembang, namun manusia harus tetap mengontrol penggunaannya. Pendidikan digital perlu dimulai sejak dini, bukan dengan larangan semata, tetapi dengan penanaman nilai dan kesadaran. Anak-anak juga harus diberi ruang untuk berpendapat dan berefleksi. Harapan Michelle adalah agar orangtua tidak merasa sendirian dalam perjuangan ini. Ia mengajak seluruh keluarga untuk saling mendukung dan berani berkata cukup terhadap paparan digital berlebihan. Dengan langkah kecil dan konsisten, masa depan generasi muda dapat diarahkan menuju kehidupan yang lebih sehat, bahagia, dan bermakna.