ST Francis Luck Now – Misi Rahasia Universitas Mulia menjadi sorotan dalam peringatan HUT ke‑80 Republik Indonesia di Balikpapan. Dalam upacara yang berlangsung khidmat itu, tidak terlihat petugas profesional atau pasukan upacara berpengalaman. Sebaliknya, mahasiswa baru atau Maba lah yang ditugaskan sebagai Pasukan Pengibar Bendera. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Universitas Mulia ingin menyisipkan nilai pendidikan karakter melalui pengalaman langsung yang akan membentuk mentalitas tangguh para mahasiswa sejak awal memasuki dunia perkuliahan. Para Maba yang sebelumnya belum pernah mengikuti pelatihan semacam ini, justru ditantang untuk beradaptasi, belajar dengan cepat, dan bekerja sama sebagai satu tim. Filosofi kepemimpinan Jawa digunakan sebagai kerangka pembentukan karakter mereka. Upacara ini tidak sekadar simbolik. Ia menjadi ruang praktik nyata bagaimana mahasiswa bisa belajar untuk tampil, berkontribusi, dan menjadi bagian dari cita-cita besar bangsa melalui hal sederhana yang dijalani dengan penuh makna.
Langkah yang diambil ini merupakan bagian dari Misi Rahasia Universitas Mulia yang lebih dalam. Filosofi kepemimpinan Jawa seperti ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani tidak hanya diajarkan secara teori di kelas, melainkan ditanamkan melalui pengalaman aktual. Dengan menjadi petugas upacara, mahasiswa baru belajar untuk memberi teladan, menumbuhkan semangat di tengah rekan-rekannya, dan mendukung satu sama lain dalam proses pelaksanaan upacara. Ini adalah pendekatan pendidikan karakter yang menitikberatkan pada praktik, bukan hanya narasi. Para dosen dan staf akademik tidak sekadar mengamati, melainkan turut mendampingi dan membimbing langsung persiapan para Maba. Meskipun waktu persiapan terbatas dan fasilitas belum ideal, hal itu justru menambah tantangan yang memperkuat proses pembelajaran. Karakter kuat tidak dibentuk dalam kenyamanan, tetapi melalui perjuangan menghadapi keterbatasan. Semangat ini menjadi bekal awal mahasiswa dalam menapaki dunia akademik yang lebih luas.
“Baca juga: Polling dan Kuis Aja Nggak Cukup! Ini Cara Jitu Meledakkan Partisipasi Peserta Online!”
Persiapan upacara bukan perkara mudah, terutama bagi mahasiswa baru yang belum pernah memiliki pengalaman serupa. Namun inilah yang menjadi ujian karakter pertama mereka. Latihan dilakukan dalam waktu yang singkat dengan jadwal padat. Tidak sedikit mahasiswa yang merasa gugup atau ragu di awal, tetapi seiring waktu mereka mulai memahami makna dari kegiatan tersebut. Koordinasi, kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab mulai tumbuh secara alami dari proses tersebut. Sorotan utama tidak hanya tertuju pada hasil akhir upacara, tetapi lebih kepada perjalanan para mahasiswa dalam berproses dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Tantangan fisik seperti latihan berpanas-panasan di lapangan hingga mental yang diuji dengan tekanan untuk tampil sempurna, menjadi bagian dari pengalaman berharga. Proses ini bukan hanya menjadi pelengkap orientasi mahasiswa baru, tetapi juga menjadi awal mula dari perjalanan panjang mereka dalam memahami makna menjadi warga negara yang berdaya, mandiri, dan siap memimpin.
“Simak juga: Gagal, Dipecat, Bingung Arah? Inilah Cara Jitu Atasi Krisis Karier!”
Salah satu kekuatan tersembunyi dalam pelaksanaan upacara ini adalah keterlibatan aktif para dosen dan staf Universitas Mulia. Mereka tidak mengambil jarak, melainkan mendampingi secara langsung seluruh proses pembentukan tim paskibra dari mahasiswa baru. Proses pembinaan dilakukan secara intensif melalui pendekatan yang humanis dan persuasif. Dengan cara ini, mahasiswa tidak hanya melihat dosen sebagai penyampai materi kuliah, tetapi juga sebagai figur pembina karakter. Relasi yang dibangun menjadi lebih dekat dan hangat. Di balik kegiatan yang terlihat sederhana ini, ditanamkan nilai-nilai tanggung jawab, kebersamaan, serta kepedulian antar anggota tim. Kampus bukan lagi sekadar tempat menimba ilmu, tetapi menjadi ruang hidup yang membentuk karakter. Inisiatif seperti ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter tidak harus mahal atau rumit. Yang dibutuhkan adalah kemauan untuk hadir bersama mahasiswa dalam proses pembentukan nilai-nilai hidup. Sebuah pendekatan yang sederhana namun berdampak besar dalam jangka panjang.
Bagi sebagian besar mahasiswa baru, keterlibatan dalam upacara HUT RI ke‑80 menjadi pengalaman pertama yang menggugah emosi dan mengubah cara pandang mereka terhadap peran sebagai mahasiswa. Awalnya, banyak yang mengaku takut gagal, merasa tidak mampu, atau bahkan enggan ikut terlibat. Namun setelah melalui proses latihan, dukungan dari dosen, dan pengalaman tampil di hadapan publik, perasaan tersebut berubah menjadi rasa bangga dan percaya diri. Mereka mulai melihat bahwa kontribusi sekecil apapun akan membawa dampak jika dilakukan dengan kesungguhan. Momen ini juga menjadi titik balik bagi banyak mahasiswa untuk mulai membangun etos disiplin dan kolaborasi. Perasaan bangga bukan hanya karena berhasil menjalankan tugas, tetapi karena merasakan makna menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Suasana upacara yang khidmat memperkuat kesadaran bahwa mereka sedang dilatih bukan hanya untuk menjadi mahasiswa, tetapi untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan berkarakter kuat.