ST Francis Luck Now – Amerika Shutdown kembali menimbulkan guncangan besar terutama di sektor penerbangan yang menjadi urat nadi mobilitas nasional. Penghentian pendanaan membuat ribuan pegawai lembaga vital terancam dirumahkan sementara, sementara puluhan ribu lainnya tetap diwajibkan bekerja tanpa digaji. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran serius tentang keselamatan dan kelancaran penerbangan di seluruh negeri. Departemen Transportasi menyebut lebih dari 11 ribu pegawai Federal Aviation Administration atau FAA akan dirumahkan, yang jumlahnya setara seperempat tenaga kerja lembaga tersebut. Namun di sisi lain, lebih dari 13 ribu pengendali lalu lintas udara diwajibkan tetap aktif demi keselamatan penerbangan meski tanpa upah hingga penutupan berakhir. Tekanan finansial yang mereka hadapi tentu berpotensi memengaruhi konsentrasi dan kualitas kerja, menjadikan situasi kali ini sebagai ujian berat bagi dunia penerbangan Amerika Serikat.
Situasi Amerika Shutdown memperlihatkan betapa rentannya lembaga vital seperti FAA ketika pendanaan dihentikan. Kekurangan tenaga kerja semakin parah karena lembaga ini sudah kekurangan sekitar 3800 pengendali lalu lintas udara dari target yang dibutuhkan. Walaupun begitu FAA menyatakan akan tetap melanjutkan perekrutan dan pelatihan personel baru meski dengan keterbatasan dana. Langkah ini berbeda dari masa shutdown sebelumnya ketika proses perekrutan terpaksa dihentikan. Pengendali yang ada kini memikul beban lebih berat untuk memastikan penerbangan tetap berjalan aman. Kekhawatiran juga muncul karena tekanan psikologis akibat bekerja tanpa digaji dapat menurunkan motivasi. FAA berulang kali menegaskan bahwa keselamatan penerbangan tidak boleh dikompromikan. Namun fakta bahwa ribuan pegawai harus dirumahkan sementara menambah kerumitan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kali Amerika Shutdown terjadi, sektor penerbangan akan langsung menjadi salah satu korban paling terdampak.
“Baca juga: Plat BL Aceh Dilarang di Sumut, Mualem Tanggapi Santai dan Sentil Bobby Nasution”
Tidak hanya FAA, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional atau NTSB juga terkena dampak serius dari penghentian pendanaan ini. Sekitar 25 persen dari total 400 pegawai mereka harus dirumahkan. Meski begitu, NTSB menegaskan bahwa investigasi kecelakaan baru maupun insiden udara tetap bisa dijalankan. Salah satunya adalah melanjutkan penyelidikan tabrakan udara pada Januari lalu antara jet regional dan helikopter militer yang menewaskan 67 orang. Walaupun kapasitas berkurang, lembaga ini berhasil meyakinkan Gedung Putih bahwa tenaga kerja yang lebih besar harus dipertahankan karena fungsi mereka bersifat kritis. Kondisi kali ini dianggap lebih ringan dibanding shutdown pada 2019 saat lebih dari 90 persen pegawai NTSB dirumahkan. Pada masa itu lembaga bahkan gagal mengirim investigator ke 22 kecelakaan karena keterbatasan dana. Kini dengan jumlah staf yang masih bisa dipertahankan, NTSB berharap tetap dapat menjaga fungsi vitalnya dalam sistem keselamatan transportasi nasional.
Administrasi Keamanan Transportasi atau TSA juga terdampak berat oleh krisis pendanaan ini. Sekitar 50 ribu petugas yang bertugas di pos pemeriksaan keamanan bandara diwajibkan tetap bekerja tanpa menerima bayaran. Situasi serupa pernah terjadi pada shutdown 2019 ketika absensi massal muncul di kalangan petugas yang kehilangan gaji. Akibatnya antrean panjang terjadi di bandara dan bahkan otoritas terpaksa memperlambat lalu lintas udara di wilayah New York. Kondisi seperti itu bisa terulang kembali jika tekanan finansial memaksa pegawai tidak hadir bekerja. Bandara bandara utama pun berpotensi mengalami kelumpuhan operasional yang mengganggu jadwal ribuan penerbangan. Pengalaman pahit tahun 2019 menjadi peringatan keras bagi semua pihak. Kewajiban bekerja tanpa gaji jelas menimbulkan risiko besar terhadap pelayanan dan keamanan penerbangan. Hal ini menunjukkan bahwa TSA berada di garda depan tekanan setiap kali pemerintah Amerika mengalami shutdown.
Industri penerbangan dan pariwisata juga memberikan peringatan keras atas dampak dari Amerika Shutdown. Asosiasi maskapai Airlines for America yang mewakili maskapai besar seperti United Airlines, Delta, American Airlines, dan Southwest menegaskan bahwa sistem bisa melambat secara signifikan jika pendanaan terus dihentikan. Efisiensi operasional akan berkurang dan penumpang menjadi korban utama. Asosiasi Perjalanan Amerika yang menaungi maskapai, hotel, rental mobil, dan bisnis pariwisata lain memperkirakan kerugian akibat shutdown parsial dapat mencapai 1 miliar dolar per minggu. Jumlah ini menjadi beban besar bagi sektor perjalanan yang sudah sangat penting bagi perekonomian nasional. Jika kondisi berlangsung lama, bukan hanya penerbangan domestik yang terganggu tetapi juga aliran wisatawan internasional akan berkurang drastis. Situasi ini sekali lagi menegaskan bahwa setiap kali pemerintah Amerika shutdown, industri penerbangan selalu menjadi sektor yang paling rentan terkena dampaknya.
Artikel ini bersumber dari www.cnbcindonesia.com dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di stfrancislucknow
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa