ST Francis Luck Now – Pola asuh oleh mertua kerap menjadi sumber ketegangan dalam keluarga baru. Banyak menantu merasa tidak nyaman ketika cara mengasuh anak mereka dibandingkan dengan gaya lama mertua. Hal ini sering memunculkan perasaan tidak dihargai atau bahkan disalahkan. Psikolog menyatakan bahwa perbedaan pola asuh merupakan hal yang wajar di banyak keluarga. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Penting bagi menantu untuk memahami sudut pandang mertua yang mungkin didasari oleh pengalaman dan budaya mereka. Menyikapi perbandingan pola asuh dengan bijak menjadi kunci menjaga keharmonisan rumah tangga dan hubungan keluarga besar.
Pola asuh oleh mertua sering kali memicu emosi tidak nyaman bagi menantu. Oleh sebab itu, mengelola emosi menjadi langkah awal yang sangat penting. Menantu disarankan untuk tetap tenang dan tidak langsung merespons dengan emosi negatif. Mengambil jeda sejenak sebelum berbicara dapat membantu menenangkan pikiran dan perasaan. Selain itu, diskusi terbuka dengan pasangan sangat dianjurkan. Pasangan dapat menjadi mediator dan membantu mencapai kesepakatan dalam pengasuhan anak. Saat berdiskusi, fokuslah pada kepentingan terbaik anak, bukan sekadar perdebatan pola asuh. Dengan komunikasi yang efektif, pasangan bisa menyatukan visi dan strategi pengasuhan yang disepakati bersama. Hal ini juga akan memperkuat posisi menantu dalam menghadapi komentar atau perbandingan dari mertua.
“Baca juga: Ayah Aktif dalam Pengasuhan, Kepuasan Tinggi di Era Modern”
Pola asuh oleh mertua yang sering dibandingkan dapat diatasi dengan membangun batasan sehat. Menetapkan batasan ini penting agar kedua pihak merasa dihargai dan dihormati. Batasan yang jelas membantu menghindari campur tangan berlebihan dalam urusan pengasuhan. Menantu bisa menyampaikan batasan tersebut secara sopan namun tegas kepada mertua. Dalam hal ini, pasangan juga perlu mendukung dan membantu memperjelas batasan yang dibuat. Ketegasan yang dibangun bukan berarti menjauhkan diri dari keluarga, melainkan menjaga keharmonisan dengan cara yang sehat. Dengan batasan yang baik, konflik terkait pola asuh bisa diminimalisasi dan suasana rumah menjadi lebih damai.
Pola asuh oleh mertua biasanya dipengaruhi oleh nilai dan tradisi yang berbeda dari menantu. Mengenali dan menghargai perbedaan ini dapat memperkaya cara pengasuhan anak. Menantu dan mertua perlu saling belajar dari pengalaman masing-masing. Pola asuh modern dan tradisional tidak harus saling meniadakan, melainkan dapat saling melengkapi. Misalnya, metode disiplin yang digunakan mertua bisa diadaptasi dengan cara yang lebih sesuai dengan kondisi sekarang. Kompromi seperti ini membantu menjaga keutuhan keluarga besar sekaligus memberikan pengasuhan terbaik bagi anak. Sikap terbuka dan toleran menjadi pondasi penting untuk membangun hubungan harmonis antar generasi.
“Simak juga: Kembalinya Celana Capri: Tren Elegan dan Santai di 2025”
Ketika perbedaan pola asuh sudah sangat kompleks dan sulit diselesaikan, bantuan profesional bisa menjadi solusi. Konsultasi dengan psikolog keluarga atau konselor dapat membantu menemukan jalan tengah yang baik. Profesional dapat memberikan panduan komunikasi dan strategi pengasuhan yang sehat. Dengan dukungan ini, konflik akibat perbandingan pola asuh oleh mertua dapat dikurangi. Anak pun mendapat manfaat dari lingkungan keluarga yang lebih harmonis. Menggunakan bantuan profesional bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk tanggung jawab untuk menjaga keluarga.