ST Francis Luck Now – Bjorka kembali menjadi bahan perbincangan publik setelah pihak kepolisian menangkap seorang pria berinisial WFT berusia 22 tahun yang mengaku sebagai hacker tersebut. Penangkapan ini terjadi di tengah sorotan media karena sosok Bjorka sejak 2022 telah menjadi figur anonim paling dicari aparat. Nama hacker ini mendunia setelah membocorkan berbagai data penting milik instansi pemerintahan dan perusahaan di Indonesia. Meski demikian, status WFT sebagai Bjorka yang asli belum bisa dipastikan. Pihak kepolisian masih berhati-hati dalam memberikan pernyataan resmi karena penyelidikan belum selesai. Sosok Bjorka sendiri telah menjadi simbol kebocoran data terbesar di Indonesia sehingga setiap kabar penangkapannya selalu menarik perhatian publik. Kini dengan kasus terbaru ini, masyarakat kembali bertanya-tanya apakah akhirnya identitas asli sang hacker telah berhasil diungkapkan atau justru ini hanya pengakuan semata dari seseorang yang mengaku sebagai Bjorka.
Meski WFT mengaku sebagai Bjorka, pihak kepolisian tetap menegaskan bahwa statusnya belum pasti. Wadir Siber Polda Metro Jaya AKBP Fian Yunus menyampaikan bahwa dalam penyelidikan, penyidik tidak boleh berspekulasi atau berandai-andai. Semua proses harus dilakukan berdasarkan alat bukti yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kalimat everybody can be anybody yang disampaikan dalam konferensi pers mencerminkan sikap kehati-hatian aparat dalam mengungkap kasus ini. Polisi menyatakan bahwa WFT memang pemilik akun Bjorkanesia dan Opposite6890 di dark forum, namun hal itu belum tentu membuktikan bahwa ia adalah Bjorka yang asli. Kasus ini menunjukkan betapa sulitnya membongkar identitas hacker anonim yang bergerak di ruang maya. Nama Bjorka tetap menjadi misteri meskipun sudah ada pihak yang ditangkap dan mengaku-ngaku sebagai sosok tersebut.
Nama Bjorka mulai mencuat pada tahun 2022 setelah muncul sebagai figur yang membocorkan data sensitif dalam jumlah besar. Kasus paling heboh adalah kebocoran 1,3 miliar data SIM card, data pengguna IndiHome, hingga data KPU dan dokumen rahasia lembaga negara seperti BIN. Tidak hanya itu, ia juga sempat membocorkan data pribadi pejabat publik seperti Menkominfo Johny G Plate, Ketua DPR RI Puan Maharani, dan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. Aksi-aksi ini membuat Bjorka menjadi simbol perlawanan di dunia maya sekaligus ancaman serius bagi keamanan siber Indonesia. Meskipun pihak kepolisian telah beberapa kali menangkap orang-orang yang diduga terlibat, identitas asli hacker ini belum pernah benar-benar terungkap. Fakta ini membuat publik semakin penasaran dan menganggap setiap penangkapan sebagai babak baru dalam cerita panjang perburuan Bjorka.
Penangkapan WFT bukanlah pertama kalinya polisi mengamankan seseorang yang dikaitkan dengan nama Bjorka. Sebelumnya pada tahun 2022, polisi sempat menangkap Muhammad Agung Hidayatullah, seorang pemuda asal Madiun yang ternyata hanya admin channel Telegram Bjorkanism. Pria tersebut sehari-hari berprofesi sebagai pedagang es teh dan tidak terlibat langsung dalam aksi kebocoran data. Peristiwa ini menjadi contoh bagaimana sulitnya membedakan antara orang yang benar-benar berada di balik serangan siber dan mereka yang hanya terhubung secara tidak langsung. Kini situasi serupa kembali terjadi dengan penangkapan WFT. Meski polisi menyebut WFT sebagai pemilik akun-akun terkait, statusnya sebagai Bjorka yang asli masih belum bisa dipastikan. Hal ini membuktikan bahwa identitas hacker anonim sangat sulit dipastikan dan butuh pembuktian mendalam sebelum publikasi resmi dilakukan.
Selain mengungkap penangkapan WFT, pihak kepolisian juga membuka peluang bagi korban lain untuk melapor. Kasubbid Penmas Polda Metro Jaya AKBP Reonald Simanjuntak menyampaikan bahwa kemungkinan ada korban-korban baru yang belum mengetahui berita ini. Polisi berharap mereka yang merasa menjadi korban aksi ilegal akses dan manipulasi data bisa segera hadir melapor ke Polda Metro Jaya. Langkah ini menunjukkan bahwa penyelidikan masih terus berlanjut dan belum ada kepastian mengenai keterlibatan WFT sebagai Bjorka yang asli. Sikap kehati-hatian aparat mencerminkan pentingnya pembuktian yang sah dalam proses hukum. Publik kini menunggu bagaimana hasil akhir penyelidikan ini. Apakah benar sang hacker yang selama ini diburu sudah tertangkap atau justru ini akan menjadi kasus serupa seperti sebelumnya ketika orang yang ditangkap ternyata bukan Bjorka yang sesungguhnya.
Artikel ini bersumber dari kumparan.com dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di stfrancislucknow
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa